Mesum Papi Bangsat


Pernah bertemu Om-om yang mangkal di sekita MAL cari anak-anak ABG,Hi,,,! lihat tampangnya yang genit udah tua lagi,bikin meringding kale,tapi bagi cewek-cewek yang hanya rogoh koceknya yang tebel tu tampang Buang aja penting fulus nimbrung”Serbu”,Ya jamannya sudah gak tentu,Banyak yang menilai uang sebagai keindahan dalam menjalani hidup,dengan uang banyak orang yang pengen melakukan berbagai aktivitasnya.
Cerita kali ini mengangkat seorang laki-sebut saja Om-Om yang berani menyetubuhi seorang wanita yang tak lain adalah”istria anaknya sendiri.gak usah basa-basi begini kisahnya,Sonny, 56 tahun, dengan perutnya yang gendut yang kebanyakan minum bir, kepalanya mulai botak dan sudah menduda selama 10 tahun.
Setelah rumahnya dijual untuk membayar hutang judinya, dia terpaksa datang dan menginap di rumah putranya yang berumur 28 beserta menantu perempuannya. Sekarang dia harus menghabiskan waktunya dengan pasangan muda tersebut sampai dia dapat menemukan sebuah rumah kontrakan untuknya.
Diketuknya pintu depan dan Melia, menantu perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul dengan memakai celana pendek putih dan kemeja biru dengan hanya tiga kancing atasnya yang terpasang, memperlihatkan perutnya yang rata. Rambutnya yang berombak tergerai sampai bahunya dan mata indahnya terbelalak menatapnya.
“Papi, aku pikir Papi baru datang besok, mari masuk”, katanya sambil berbalik memberi Sonny sebuah pemandangan yang indah dari bokongnya.
Dengan tingginya yang 175 itu, dia terlihat sangat cantik. Dia mempunyai figur sempurna yang membuat lelaki mana pun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya.
“Sulis masih di kantor, sebentar lagi pasti pulang.”
“Kupikir aku hanya tidak mau ketinggalan bus”, kata Sonny sambil duduk.
“Tidak apa-apa”, jawab Melia sambil membungkuk ke depan untuk mengambil sebuah mug di atas meja kopi.
Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu memberi Sonny sebuah pemandangan yang bagus akan buah dadanya, kelihatan sempurna. Memperhatikan hal tersebut menjadikan Sonny ereksi dengan cepat, dan dia harus lebih berhati-hati untuk menyembunyikan respon tubuhnnya. Melia duduk di sofa di depan Sonny dan menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanya yang indah. Posisi duduknya yang demikian membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai bertanya pada Sonny tentang perjalanannya dan bagaimana keadaannya.
“Perjalanan yang melelahkan”, Sonny menjawab sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga kaki pada keindahan yang sedang duduk di depannya.
Sudah lebih dari 5 tahun sejak Sonny berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah isterinya meninggal, Sonny sering mencari wanita panggilan. Tetapi hal itu semakin membuat hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi untuk membayarnya. Melia menyadari kalau kemejanya memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya pada mertuanya, maka dia dengan cepat segera membetulkan kancing kemejanya.
“Aku harus ke atas, mandi dan segera menyiapkan makan malam. Anggap saja rumah sendiri”, katanya sambil berjalan naik ke tangga.
Mata Sonny mengikuti bokong kencangnya yang bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia tahu bahwa dia memerlukan beberapa ‘format pelepasan’ dengan segera. Kemudian telepon berbunyi. Sonny mengangkatnya.
“Halo”
“Hallo, ini Papi ya?”, itu Sulis.
“Ya Lis”, jawab Sonny.
“Pi, aku khawatir harus meninggalkan Papi untuk urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali sampai Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku soal, ini tapi Papi bisa kan bilang ini ke Melia, aku harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku tapi aku akan telepon lagi nanti”.
Mereka saling mengucapkan salam lalu menutup teleponnya. Lalu Sonny memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar tidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Sonny menaruh koper-kopernya dan pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah atasan katun berwarna putih.
Sonny mengambil atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam wanita di bawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya celana dalam itu, membuka resluiting celananya, dan mulai menggosok kemaluannya dengan itu. Jantungnya berdebar mengetahui bahwa menantu perempuannya sedang berada di kamar mandi di sebelahnya selagi dia sedang menggunakan celana dalamnya untuk ’sarana pelepasan’ dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba membayangkan seperti apa Melia saat di atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan Melia bergerak naik turun pada kemaluannya.
Sonny hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti. Dengan cepat Sonny meletakkan pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia menutup pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Melia muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Sonny bisa langsung orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan mendapatkan yang lebih baik lagi.
Melia melepas handuknya, membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang terangsang sedang mengintip tiap geraknya. Dia mendekat ke pintu, saat dia pertama kali melihatnya Sonny memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari bokong yang sangat indah itu. Kemudian Melia memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan keindahannya. Kemaluannya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan buah dadanya kencang dan sempurna, seperti yang dibayangkan Sonny.
Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, membuat buah dadanya sedikit tergoncang dari sisi ke sisi. Sonny menurunkan salah satu kopernya dan menggunakan tangannya untuk mulai mengocok kemaluannya lagi. Melia yang selesai mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk memakainya.
Saat melakukannya, Sonny mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh lebih baik dari bokongnya, dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk ke dalam sana dan menyetubuhinya dari belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran Sonny membayangkan apa Melia mengijinkan putranya memasukkan kemaluannya ke dalam lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi mulai berpengaruh pada buah dadanya. Penglihatan ini mengirim Sonny ke garis akhir, saat dia menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Sonny mengemasi baarang-barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti pakaian.
Sesudah makan malam, mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.
“Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku menyimpannya untuk malam ini buat Sulis tapi karena sekarang dia tidak pulang sampai hari Senin, kita bisa membukanya”, kata Melia sambil berjalan ke lemari es.
“Ide yang bagus”, jawab Sonny memperhatikan Melia membungkuk ke depan untuk mengambil botol wine.
Ketika Melia mengambil gelas di atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan buah dadanya terlihat lebih besar dan jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya. Sonny tidak bisa menahannya lagi. Dia harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai tersusun dalam otak mesumnya.
Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol mulai menunjukkan efeknya pada Melia. Dengan cepat topik pembicaraan mengarah pada pekerjaan dan bagaimana Melia sedang mengalami stress belakangan ini.
“Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu”, tawar Sonny.
Melia dengan malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Sonny dan berbalik pada punggungnya lalu tangan Sonny mulai bekerja pada bahunya.
“Oohh, ini sudah terasa agak baikan”, dia merintih.
Sonny tetap memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Melia mulai mengaliri tubuhnya, membuat kemaluannya mengeras. Mata Melia kini terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati apa yang sedang dilakukan Sonny pada bahunya. Bokongnya kini berada di atas kemaluan Sonny, membuat Sonny ereksi penuh.
“Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya perasaan ini, Papi sungguh baik”.
“Ini keahlianku”, jawab Sonny saat dia pelan-pelan mulai menggosokkan kemaluannya ke bokong Melia.
Melia menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak menghiraukan apa yang Sonny lakukan dengan pijatannya yang mulai ’salah’ itu. Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia meletakkan kedua tangannya pada kaki Sonny saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari kemaluan Sonny. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan bokongnya naik turun selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha Sonny. Tahu-tahu dia merasa sangat bergairah, dan dia ingin Sulis ada di sini agar dia bisa segera bercinta dengannya. Sonny tahu bahwa dia telah mendapatkannya.
“Ini mulai terasa tidak nyaman untuk aku, kenapa kita tidak pergi saja ke atas”, ajak Sonny.
“Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku tidak mau membuat Papi lelah”.
Ketika mereka memasuki kamar tidur, Sonny memintanya untuk membuka atasannya agar dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan bra putihnya yang menahan buah dadanya yang sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Melia kenakan sekarang hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Melia rebah pada perutnya ketika Sonny menempatkan dirinya di atas bokongnya.
“Begini jadi lebih mudah untukku”, kata Sonny saat dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Melia bagian bawah. Alkohol telah berefek penuh pada Melia ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh tertidur.
“Oohh Sulis”, dia mulai merintih.
Sonny tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya dia adalah suaminya. Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh Melia. Sonny pelan-pelan mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan jeans Melia dengan perlahan. Kemaluan Melia kini mulai basah saat dia bermimpi Sulis menciumi tubuhnya.
Dengan hati-hati Sonny melepas jeansnya dan mulai menjalankan ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai celana dalam yang menutupi kemaluannya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir kemaluan merah mudanya. Kemaluannya lebih basah dari apa yang pernah Sonny bayangkan. Melia menggerakkan salah satu tangannya untuk membelai buah dadanya sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut Sonny.
“Oohh Sulis”, dia merintih ketika sekarang Sonny menggunakan lidahnya untuk menyelidiki kemaluannya. Kemaluannya akan meledak saat dia mulai menjalankan ciumannya ke atas tubuhnya.
“Jangan berhenti”, bisik Melia.
Dia sekarang menggerakkan kemaluannya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki kemaluannya. Sonny lebih melebarkan paha Melia, dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat dia menempatkan ujung kemaluannya pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit ketika Melia kembali mengeluarkan sebuah rintihan lembut.
Sudah sekian lama dia menantikan sebuah persetubuhan yang panas, dan sekarang dia sedang dalam perjalanan ‘memasuki’ menantu perempuannya yang cantik. Dia menciumi lehernya saat menusukkan kemaluannya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Sonny mencengkeram kedua buah dada itu dan menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba membawa Melia kembali pada kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya sedang berada di atas tubuhnya, mendorong keluar masuk ke kemaluannya dengan gerakan yang mantap, dan yang paling buruk dari semua itu, dia membiarkannya terjadi begitu saja.
Sonny melihat matanya terbuka, maka dia memegang kaki Melia dan meletakkannya di atas bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk segala miliknya yang berharga.
“Oh tidak.. Hentikan.. Oh.. Tuhan.. Kita tidak boleh.. Tolong.. Oohh”, Melia berteriak. Buah dadanya terguncang seperti sebuah gempa bumi ketika Sonny menyetubuhinya layaknya seekor binatang.
“Hentikan Pi.. Ini tidak benar.. Oohh Tuhan”, Melia berteriak dengan pasrah.
Sonny melambat, dia menunduk untuk mencium bibir Melia. Lutut Melia kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat dia menemukan dirinya malah membalas ciuman Sonny. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah mereka kini mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling memeluk dengan erat. Sonny menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari sebelumnya, Melia semakin menekan punggungnya. Sonny berguling dan Melia kini berada di atas, ‘menunggangi’ kemaluan Sonny.
“Oh Tuhan, Papi merobekku”, kata Melia ketika dia meningkat gerakannya.
“Kamu sangat rapat, aku bertaruh Sulis pasti kesulitan mengerjai kamu”, jawabnya.
Ini adalah kemaluan paling rapat yang pernah Sonny ‘kerjai’ setelah dia mengambil keperawanan isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang buah dadanya, meremasnya bersamaan lalu menghisap puting susunya lagi.
“Tolong jangan keluar di dalam.. Oohh.. Papi tidak boleh keluar di dalam”.
Melia kini menghempaskan Sonny jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Sonny merasa dia akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang bokong Melia. Dia kemudian menyuruh Melia untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan kemaluannya mengarah pada lubang bokongnya.
“Tidak, punya Papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong Pi jangan”, Melia mengiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Sonny. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam bokong Melia.
“Oohh Tuhan”, Melia menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.
Sonny mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi dengan cepat. Buah dadanya tergantung bebas, tergguncang ketika Sonny mengayun dengan irama mantap.
“Oohh Papi bangsat”.
“Aku tahu kamu suka ini”, jawab Sonny, dia mempercepat gerakannya.
Melia tidak bisa percaya dia sedang menikmati sedang ‘dikerjai’ bokongnya oleh mertuanya.
“Lebih keras”, Melia berteriak, Sonny memegang buah dadanya dan mulai menyetubuhinya sekeras yang dia mampu. Ditariknya bahu Melia ke atas mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.
“Aku akan keluar”, teriak Sonny.
“Tunggu aku “, jawabnya.
Sonny menggunakan salah satu tangannya untuk menggosok kemaluannya, dan kemudian dia memasukkan dua jari dan mulai mengerjai kemaluannya. Melia menjerit dengan perasaan nikmat sekarang saat dalam waktu yang bersamaan telepon berbunyi. Melia menjatuhkan kepalanya ke bantal ketika Sonny mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok kemaluannya.
“Halo.. Sulis.. Ya dia menyambutku dengan sangat baik.. Ya aku akan memanggilnya, tunggu”, katanya saat dia menutup gagang telepon supaya Sulis tidak bisa dengar suara jeritan orgasme istrinya.
Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Melia. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai menembakkan benihnya di dalam lubang bokong Melia. Semprotan demi semprotan menembak di dalam lubang bokong rapat Melia. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Sonny di atas punggung Melia. Kemaluannya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan kemaluan Melia yang terasa sakit, tangan yang lain meremas ringan buah dadanya.
“Halo Sulis”, kata Melia mengangkat telepon.
“Tidak, kita belum banyak melakukan kegiatan.. Jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat.. Aku mencintaimu”.
Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka berbaring di sana selama lima menitan, Sonny masih di atas, nafas keduanya berangsur reda. Sonny mencabut jarinya yang berlumuran sperma dan meletakkannya ke mulut Melia. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun.
“Aku pikir lebih baik Papi keluar”, dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Sonny bisa melihat cairannya yang pelan-pelan menetes turun di bokongnya, dan menurun ke pahanya.